Sudah lama sekali saya tidak naik gunung, dan kali ini saya coba untuk naik ke Gunung Prau di wonosobo. Tepatnya sebelum dieng. Malam itu saya hanya berdua saja dengan teman saya, dengan motor pergi kesana. Dari jogja saya berangkat jam 21.00 dan sampai di basecamp jam 23.00 Sampai disana saya masih santai ngobrol dengan penjual di warung dekat basecamp. Di basecamp saja udaranya begitu dingin, saya bisa merasakan bagaimana dengan udara dipuncak yang sudah pasti lebih dingin yaa. Karena jarak dari basecamp sampai puncak hanya sekitar 3-4 jam saja, saya tidak terburu-buru untuk naik. Saya memilih untuk menghabiskan waktu dengan bercerita dan mendengarkan cerita dari para pendaki yang lain dan juga bapak penjual kopi. Sekitar jam 01.00 saya dan teman saya bersiap untuk mulai perjalanan. Dinginnya malam itu membuat saya terasa kaku melangkah, apalagi sudah lama tidak nanjak. Awalnya masih oke saja menyusuri jalan setapak yang kiri dan kananya rumah penduduk, namun begitu masuk anak tangga, rasanya mau pulang saja. Saya tidak menyukai anak tangga saat naik gunung. Karena menurut saya itu membuat kaki cepat lelah, apalagi saya sudah lama tidak naik gunung. Pos 1 sampai Pos 2 saya lalui dengan nafas tersengal dan kaki yang sudah terasa capek ini. Namun begitu menapaki Pos 2 sampai Pos 3 saya merasa lebih ringan dan cepat sekali dalam melangkah. Ya apalagi kalau bukan medan tanah setapak, walau curam namun saya lebih menyukainya.
Setiap langkah kaki adalah sebuah doa. Ya setiap kali saya melakukan perjalanan saya tidak ingin hanya sekedar untuk bersenang-senang namun saya selalu ingin mendapatkan sesuatu yang lebih. Dan kali ini ketika saya mendaki Mt. Prau saya merasakan sekali bahwa dingin, gelap, debu yang ada seolah menjadi tantangan untuk kita terus melaju atau stop berhenti. Saya juga belajar untuk terus mengatur nafas demi nafas, langkah demi langkah, serta pijakan demi pijakan. Dan pada akhirnya ketika sampai di puncak semuanya terbayar dengan sebuah kebahagiaan. Bukan karena saya sampai dipuncak namun karena saya berhasil melawan kelemahan diri saya sendiri, juga melawan EGO yang terkadang rasa marah itu muncul ketika pendaki lain seolah sengaja membuat debu atau ingin mempercepat langkah supaya segera sampai di puncak tanpa mempedulikan dan mempertimbangkan apapun. Saya bahagia ketika sampai puncak karena ditengah perjalanan saya masih dapat menyapa para pendaki yang lain dan sama-sama memberikan motivasi untuk terus melanjutkan pendakian.
Sungguh indah sunrise dari Mt. Prau ini, nampak disana Mt. Sindoro Mt. Sumbing dan juga Mt. Merapi dan Mt. Merbabu. Semua terlihat dan indah. Bersyukur sekali Tuhan Allah menciptakan alam semesta ini dengan luar biasa. Lukisan manusia atau hasil photo pun tidak dapat menandingi karya Nya yang sungguh ajaib ini. Disini saya kembali merasa kecil dan tak berarti apa-apa tanpa kuasa Nya begitu dahsyat dalam hidup saya.
rasanya ingin berlama-lama karena jam 09.00 pagi rasanya masih seperti jam 07.00 pagi tidak terasa panas, namun masih menyisakan dingin semalam. Buat yang mau ke Mt. Prau pastikan baju hangat kalian bisa menahan dinginnya udara di puncak ini. Dan tiba saatnya pualng dan mulai berjalan menuruni gunung. Saya dari dulu memang kurang lincah dalam menuruni gunung, entah apa namun rasanya kaki saya tidak cukup kuat manahan berat badan saya, sehingga setiap kali perjalanan turun kebawah saya lebih pelan daripada tempo saya berjalan naik. Perjalanan menuruni gunung ini selain panas juga berdebu, sehingga saya perlu menggunakan masker yang dibasahi sedikit air.