Judul : Negeri Di Ujung Tanduk
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Penulis : Tere Liye
“Kau tau jarak antara akhir yang baik dan akhir yang buruk dari semua cerita ini hanya dipisahkan oleh sesuatu yang kecil saja, yaitu kepedulian.”
Kepedulian kita hari ini akan memberikan perbedaan berarti pada masa depan.
Membaca novel ini, seperti sedang menonton sebuah drama kehidupan yang begitu nyata. Aku serasa melihat jelas setiap kejadian yang begitu nyata. Meski beberapa hal bagiku seperti sesuatu yang berlebihan, aku rasa mungkin saja itu terjadi. Berhasil membawaku berimaji seperti sedang berada dalam adegan-adegan laga mendebarkan dan menegangkan. Aku suka, karena aku bebas menggambarkannya dalam anganku setiap kejadiannya.
Aku selesai membacanya lebih lama dari pada novel yang sebelumnya. Aku lebih menikmati memindahkan semua cerita dan kejadian yang ada dalam tulisan menjadi sebuah gambar imaji dalam angan. Cerita tentang keluarga Thomas, yang dibalut dengan kehidupan penuh intrik. Dan menariknya sudut yang diambil dengan mengangkat dunia politik cocok dibaca pada saat jelang pemilu seperti sekarang. Bukan sebuah kebetulan aku membacanya. Semesta pun seolah tau bacaan yang cocok dalam segala suasanaku.
Thomas yang kehilangan papa-mama sejak kecil, harus merelakan dirinya terbentuk dalam rangkaian kejadian menyakitkan, menyedihkan, namun Ia mampu bertahan dan tumbuh menjadi seorang yang berkarakter. Mulai dari kehilangan papa-mama dalam kebakaran hebat, bersekolah di tempat yang jauh dari perhatian banyak orang. Lantas memulai karir sebagai konsultan bisnis hingga menjadi konsultan politik. Kemudian terjebak dalam kasus penyelundupan heroin dan senjata di Hong Kong, bersama Opa, Kadek temannya dan seorang wartawan wanita dari sebuah media. Meski berhasil melarikan diri dari jerat SAR Hong Kong, tak membuat segala sesuatunya mudah. Rangkaian kejadian menegangkan masih menghadang, hingga akhirnya aku dapat belajar dari sebuah cerita dalam novel ini. Bahwa setiap masalah harus dihadapi seperti seorang petarung sejati, bukan bersembunyi. Namun tetap berdiri di depan untuk terus berjuang atau mendorong dari belakang untuk menopang.
Negeri ini butuh orang-orang yang peduli, bukan sekadar omongan belaka namun sikap peduli secara nyata. Percayalah yang jahat akan tetap ada, karena inilah kehidupan. Namun tetaplah menjadi seorang yang peduli, supaya kejahatan itu semakin menepi, tersingkir oleh rasa peduli yang semakin besar.
Lantas, sudahkah kau peduli barang sekecil apapun?