Permainan Tradisional Tanpa Alat – Part 1
Tak ada agenda khusus untuk hari ini, meski demikian aku tak lantas hanya diam dan bermalas-malasan, bangun selalu pagi walau hanya untuk menikmati udara segar di luar rumah. Meski sedang tak enak badan, hari ini aku memilih untuk berdiam di rumah sambil membaca beberapa buku.
Saat aku sedang asyik membaca, aku dengar di luar suara riuh anak-anak bermain tak seperti biasanya. Ini sangat gaduh dan ramai. Sambil ku tengok ke luar dari balik tirai jendela, dalam hatiku berkata oh teman adik sebelah rupanya sedang main bersama. Bermain berlarian kesana kemari mengingatkanku akan masa kecilku. Tak ada alat bermain yang canggih seperti sekarang. Hanya menggunakan alat fan bahan yang didapat dari sekitar. Ada beberapa mainan tradisional yang aku ingat dan sering aku mainkan. Antara lain :
1. Jek-jekan / Benteng-bentengan
Adalah permainan yang menanamkan kekompakan dan menanamkan rasa saling menjaga, melindungi teman yang menjadi keluarga rumah / benteng.
Jumlah pemain paling seru 8-10 orang dibagi dalam dua kelompok. Atau bisa menyesuaikan untuk jumlahnya, tergantung lahan yang dipakai.
Cara bermain :
* Pertama harus menentukan kelompok, membagi pemain menjadi dua kelompok. Cara membaginya bebas, tergantung inisiatif anak-anak. Bisa dengan hompipah, atau langsung menunjuk dua orang untuk suit yang menang berhak memanggil nama teman untuk jadi anggotanya.
* Kedua, masing-masing kelompok menentukan rumahnya. Bisa dengan dua tiang yang sama, atau pohon yang saling berseberangan, atau sisi tembok rumah yang berseberangan.
* Ketiga, anak-anak akan menetukan aturan main mereka. Misalnya area batas lari, waktu bermainan.
* Keempat, saling menyerang rumah / benteng pertahanan antara kelompok. Satu lawan satu dengan maju ke depan atau bisa juga saling kejar dengan berlarian yang rutenya sudah ditentukan. Yang ke luar rumah lebih dulu biasanya akan kalah dengan yang keluar rumah kemudian. Biasanya akan terjadi saling susul.
* Kelima, misi menyelamatkan teman yang tertangkap dan menjadi tahanan di rumah / benteng lawan.
* Keenam, jangan lupa menjaga rumah jangan sampai kosong supaya tidak diduduki oleh lawan. Jika hal ini terjadi maka pihak yang berhasil menduduki rumah / benteng lawan dinyatakan menang. Permainan usai.
2. Icik-icik kambah lemah
Adalah permainan kejar-kejaran. Dimana ada salah satu anak yang jaga / jadi lalu mengejar anak lain. Supaya tidak kena / tidak jaga, anak bisa menyelamatkan diri dengan menginjak batu atau lantai, pokoknya apa saja boleh asal tidak jatuh dan bukan tanah (lemah)
Jumlah pemain paling seru antara 8-10 orang.
Cara bermain :
* Pertama, menentukan aturan permainan. Area bermain yang digunakan, dan apa saja yang boleh dipakai untuk penyelamatan, seberapa lama boleh berada di zona penyelamatan.
* Kedua, seperti biasa anak-anak akan hompimpa untuk mendapatkan anak yang jaga pertama kali, tentu saja yang kalah dalam hompipa.
* Ketiga, saatnya bermain kejar-kejaran. Ingat tanah yang dipijak itu tidak aman, jadi masing-masing harus menyelamatkan diri. Dan tidak boleh berlama tinggal di satu tempat penyelamatan harus berpindah dalam hitungan tertentu seperti yang sudah disepakati di awal.
3. Candak ndodok / Tepak jongkok
Adalah bermain kejar-kejaran. Dimana satu orang jadi dan yang lain menjadi yang dikejar. Mirip dengan icik-icik kambah lemah. Namun kali ini penyelamatannya dengan jongkok. Biasanya kalau tak ada media untuk icik-icik kambah lemah, bisa bermain ini.
Jumlah pemain paling seru antara 8-10 orang
Cara bermain :
* Pertama, menentukan aturan permainan. Area bermain yang digunakan, seberapa lama boleh berada di zona penyelamatan.
* Kedua, seperti biasa anak-anak akan hompimpa untuk mendapatkan anak yang jaga pertama kali, tentu saja yang kalah dalam hompipa.
* Ketiga, saatnya bermain kejar-kejaran. Ingat untuk menyelamatkan diri dari kejaran dengan jongkok sebelum kena. Khusus untuk candak ndodok, pemain yang jongkok / ndodok bisa berdiri dan berlari kembali kalau sudah disentuh oleh pemain lain yang tidak jaga. Dan jika semua pemain sudah jongkok / ndodok akan diberlakukan waktu seperti kesepakatan di awal dalam hitungan.
Menurut aku permainan tradisional sangat banyak nilainya. Karena dalam bermain mereka sudah belajar tentang bagaimana membuat kesepakatan, jika ada kendala mereka sendiri jugalah yang menyelesaikan. Ada nilai kekompakan yang ditanamkan dalam setiap permainan. Usaha yang harus masing-masing lakukan. Dalam contoh yang kutuliskan kategori bermain tanpa alat dan banyak gerak berlarian. Ini bagus untuk melatih anak dalam hal kecepatan berlari. Aku pribadi memiliki pengalaman tentang berlarian, setiap kali olahraga seakan mudah dan ringan melewati teman lain yang berlari.
Dalam waktu mendatang aku ingin menulis lebih banyak lagi tentang permainan tradisional. Buat kalian yang tergerak untuk membantu ku dalam hal permainan tradisional, misalnya dari daerah lain yang berbeda nama permainan padahal cara bermainannya sama atau apa sajalah yang berhubungan dengan permainan tradisional bisa kontak melalui Instagram itsme.deltha atau facebook Delta Arthaliya. Terima kasih atas kesediaannya.
Bermain dapat membantu mengolah rasa dan karsa. Ada nilai yang terkandung dalam setiap permainan yang kamu mainkan.